Welcome

WELCOME TO MY BLOG
"Jadilah diri sendiri apa adanya"

Selasa, 21 Oktober 2014

EYD (EJAAN YANG DISEMPURNAKAN)

 EYD (EJAAN YANG DISEMPURNAKAN)


Ejaan merupakan keseluruhan peraturan mengenai bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan hubungan antara lambang-lambang itu. Ejaan membicarakan tentang : penulisan huruf, penulisan kata, dan pemakaian tanda baca. EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) ialah tata bahasa dalam Bahasa Indonesia yang mengatur penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan, dimulai dari pemakaian dan penulisan huruf capital dan huruf miring, serta penulisan unsur serapan. Ejaan ini diresmikan pada tanggal 16 Agustus 1972, kemudian pada tahun 1976 disusunlah buku pedomaan mengenai EYD (Ejaan Yang Disempurnakan). Hal-hal yang ditekankan pada EYD adalah sebagai berikut:
1.      Pemakaian Huruf
A.    Huruf Abjad
Abjad merupakan huruf yang biasanya mempunyai urutan yang tetap. Huruf abjad yang terdapat didalam Bahasa Indonesia terdiri dari :
A, B, C, D, E, F, G, H, I, J, K, L, M, N, O, P, Q, R, S, T, U, V, W, Y, X, dan Z.
B.     Huruf Vokal
Vokal adalah bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat bicara jika aliran udara yang keluar dari paru-paru tidak mengalami hambatan. Huruf vokal yang terdapat didalam Bahasa Indonesia adalah : a, i, u, e, dan o.
C.     Huruf Konsonan
Konsonan adalah bunyi yang dihasilkan jika aliran udara yang keluar dari paru-paru mengalami hambatan. Huruf konsonan yang terdapat didalam Bahasa Indonesia teridiri dari :
b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, y, x, dan z.
D.    Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia, huruf diftong dilambangkan dengan : ai, au, dan oi.
E.     Gabungan Huruf Konsonan
Di dalam bahasa Indonesia, terdapat 4 gabungan huruf yang melambangkan konsonan, yaitu : kh, ng, ny, dan sy.
F.      Pemenggalan Kata
Pemenggalan kata pada kata dasar dapat dilakukan dengan kaidah-kaidah sebagai berikut.
·         Jika di tengah ada vokal yang berurutan, pemenggalan dilakukan diantara kedua vokal itu. Contohnya : ra-ih, sa-at, au-ra, ko-boi.
·         Jika di tengah kata ada konsonan diantara dua vokal, pemenggalan dilakukan sebelum konsonan itu. Contohnya : te-puk, ka-rang, ku-lit.
·         Jika di tengah kata ada dua konsonan yang berurutan, pemenggalan dilakukan diantara kedua konsonan tersebut. Contoh : ten-dang, lem-par, kem-bang.
·         Jika di tengah kata ada tiga buah konsonan atau lebih, pemenggalan dilakukan di antara konsonan yang pertama dengan yang kedua. Contoh : im-pre-sif, ikh-las.

2.      Penulisan Huruf
A.    Penulisan Huruf Kapital
Seperti yang kita ketahui bahwa huruf kapital digunakan untuk mengawali kalimat yang baru. Di samping itu huruf kapital juga digunakan sebagai :
·         Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama yang berhubungan dengan nama Tuhan dan Kitab suci. Contoh : Hanya Engkaulah yang kami sembah.
·         Huruf kapital dipakai sebagai huruf petikan pertama. Contoh : Kakak bertanya, “Mengapa kamu sedih?”.
·         Nama jabatan juga ditulis diawal dengan huruf kapital apabila dikaitkan dengan nama instansi atau nama daerah sebagai pengganti nama diri. Contoh : Gubernur DKI Jakarta.
·         Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti oleh nama orang. Contoh : Pangeran Dipenogoro.
·         Nama diri atau nama lembaga yang terdiri atas beberapa kata. Contoh : Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma.

B.     Huruf Tebal dan Miring
Seperti halnya nama lembaga, judul buku atau karangan kata-katanya harus diawali dengan huruf kapital. Kecuali yang berupa kata tugas. Berbeda dengan nama lembaga, judul buku atau nama majalah, harus ditulis dengan huruf tebal. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, nama ilmiah atau ungkapan asing, dan untuk menegaskan atau mengkhususkan kata.
Contoh :
·         Tata Bahasa Baku Indonesia
·         Judul jika dicetak menggunakan huruf miring : “Ejaan yang Benar dalam bahasa Indonesia “.
·         Menuliskan nama ilmiah : Nama ilmiah buah manggis ialah carcinia mongostana.

3.      Penulisan Kata
A.    Kata Dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Contoh : Bapak percaya bahwa engkau benar.
B.     Kata Turunan (Imbuhan) terdiri dari awalan, sisipan, dan akhiran ditulis serangkai dengan kata dasar. Contoh : bergetar, dan dikelola.
C.     Bentuk Ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung, baik yang berarti tunggu (kupu-kupu), jamak (anak-anak), maupun yang berbentuk berubah beraturan (sayur-mayur).
D.    Gabungan Kata (kata majemuk) termasuk istilah khusus, ditulis terpisah. Contoh : duta besar, orang tua.
E.     Kata Ganti (kau-, ku-, -ku, -mu, -nya) ditulis serangkai. Contoh : kumiliki, kauambil, miliknya.
F.      Kata Depan (preposisi = di, ke, dari) ditulis terpisah, kecuali yang sudah lazim seperti kepada, daripada, keluar, kemari,dll. Contoh : di dalam, ke tengah, dari Surabaya.
G.    Kata si dan sang ditulis terpisah. Contoh : Sang harimau marah kepada si kancil
H.    Partikel lah, kah, dan tah ditulis serangkai, partikel pun ditulis terpisah, dan partikel per ditulis terpisah.

4.      Singkatan dan Akronim
Singkatan merupakan bentuk yang dipendekkan yang terdiri dari satu huruf atau lebih.
·        Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik. Contoh : sarjana komputer = S.Komp
·        Singkatan nama resmi lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, badan/organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik. Contoh : DPR (Dewan Perwakilan Rakyat).
·        Lambang kimia, singkatan satuan ukur, takaran, timbangan, dan mata uang asing tidak diikuti tanda titik. Contoh besi = Fe
Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, suku kata, ataupun huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.
·        Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital. Contoh : ABRI, LAN, SIM.
·        Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal kapital. Contoh : Akabri, Bappenas.
·        Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun huruf dan suku kata dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kecil. Contoh : pemilu, radar, rudal, tilang.

5.      Penulisan Unsur Serapan
Penulisan unsur serapan pada umumnya mengadaptasi atau mengambil dari istilah bahasa asing yang sudah menjadi istilah dalam Bahasa Indonesia.
Contoh : president menjadi presiden.

6.      Penulisan Angka dan Bilangan
·        Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor, ditulis dengan angka Arab atau Romawi
·        Angka dipakai untuk menyatakan ukuran panjang, berat, luas, isi, nilai uang, dan kuantitas.
·        Angka dipakai untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.
·        Lambang bilangan tingkat dituliskan dengan angka Romawi, tanda hubung ke-, atau dirangkai jika angka dinyatakan dengan kata.
·        Lambang bilangan yang mendapat akhiran –an ditulis dengan tanda hubung antara angka “-an”.
·        Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf.

7.      Pemakaian Tanda Baca / Pungtuasi
Ada berbagai macam tanda baca atau pungtuasi yaitu : titik (.), koma(,), titik koma(;), titik dua(:), dan tanda petik (“).
·        Tanda titik (.)
Tanda titik dipakai untuk menandari berakhirnya kalimat, setelah nomor bab, penomoran bab, gelar yang diletakkan dibelakang, dan tanda titik juga digunakan dalam daftar pustaka. Contoh : Alisyahbana, Sutan Takdir. 1949. Tata Bahasa Baru Indonesia. Jakarta: Pustaka Rakyat.
·        Tanda koma (,)
Koma digunakan untuk menandai adanya jeda atau kesenyapan antara dalam suatu kalimat. Tanda koma sering digunakan setelah seruan, seperti: ah, wah, aduh, ya, hai, dan sebagainya. Juga sesudah kata-kata seperti meskipun begitu, jadi, namun demikian, oleh karena itu, maka dari itu. Tanda koma juga digunakan dalam kalimat majemuk yang anak kalimatnya mendahului induk kalimatnya.
Contoh :  Meskipun hari hujan, ia tetap pergi ke kantor.
Adapun tanda koma biasanya digunakan pada :
o   Tanda koma digunakan juga untuk memisahkan dua kalimat yang setara yang dihubungkan dengan kata  tetapi, atau, melainkan.
o   Tanda koma juga digunakan untuk membatasi unsur-unsur dalam suatu perincian.
o   Tanda koma juga digunakan dalam rujukan kurung atau dalam rujukan tahun dan halaman, untuk membatasi nama akhir pengarang dengan tahun penerbit.
o   Tanda koma juga digunakan untuk membatasi kata-kata dalam kalimat petikan langsung.
o   Tanda koma sering digunakan untuk mengapit atau menyisipkan keterangan tambahan.

·        Titik koma (;)
Tanda titik koma digunakan untuk memisahkan bagian kalimat yang sejenis dan setara. Tanda titik koma digunakan juga untuk memisahkan kalimat-kalimat dalam suatu perincian.
·        Titik dua (:)
Tanda titik dua dipakai akhir suatu pernyataan yang lengkap dan diikuti oleh rangkaian atau perincian. Tanda titik dua juga digunakan untuk pemerian yang berbentuk formula. Tanda titik dua juga digunakan untuk membatasi judul karangan dengan subjudulnya. Dan tanda titik dua juga digunakan untuk membatasi judul karangan dengan subjudulnya, di antara surat dan ayat dalam kitab suci, diantara tahun dan halaman dalam rujukan kurung antara nama kota dan nama penerbit dalam daftar pustaka.
Contoh :
·    Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma mempunyai dua jurusan: Jurusan Akuntansi dan Jurusan Manajemen.
·         Ketua  :   Meilani        
·         Ekonomi dan Koperasi: Suatu Pengantar Singkat (Ramlan, 1982 :12)

·        Tanda petik (“)
Di atas disebutkan bahwa yang ditulis dengan tanda petik dalam tulisan atau ketikan biasanya dicetak dengan huruf miring. Penggunaan tanda petik dalam petikan langsung tidak dicetak dengan huruf miring, melainkan tetap dicetak dengan suatu majalah pun tanda petik itu tetap digunakan. Dalam karangan tercetak tanda petik juga digunakan untuk menandai kata-kata yang tidak digunakan dalam arti yang sebenarnya. Misalnya : Itu dia “pahlawan” kita datang.

·        Tanda Hubung (-)
Tanda hubung digunakan untuk menghubungkan kata-kata yang diulang seperti meja-meja , berjalan-jalan, buah-buahan. Tanda hubung digunakan apabila huruf-huruf dirangkaikan dengan bilangan, huruf kecil, atau huruf kecil yang dirangkaikan dengan huruf kapital. Tanda hubung juga digunakan untuk membatasi tanggal, bulan, dan tahun apabila semuanya ditulis dengan angka.
Contoh :  
·         Jakarta, 27-11-2005
·         Abad ke-20

8.      Tanda-tanda baca yang lain
Tanda–tanda baca yang lain ialah tanda pisah (-), tanda elipsis (…), tanda tanya (?), tanda seru  (!), tanda kurung  ( ), tanda kurung siku ([ ]), tanda garis miring  (/)  dan tanda penyingkat/apostrof  (‘).
·         Tanda pisah juga digunakan dalam arti ”sampai dengan”. Contoh : Semarang – Jakarta.
·         Tanda elips (…) digunakan untuk menandai tuturan yang terputus-putus.
·         Tanda tanya digunakan untuk menandai kalimat tanya dan diletakan di akhir kalimat. Contoh : Di mana ruamhmu?
·         Tanda seru digunakan untuk menandai seruan/perintah/panggilan.
·         Tanda kurung juga untuk  mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan merupakan bagian yang pokok dari pembicaraan.
·         Tanda kurung siku digunakan sebagai tanda koreksi bahwa dalam naskah itu terdapat huruf , kata, atau kelompok kata yang ditulis di antara tanda kurung siku tersebut.
·         Tanda penyingkat atau apostrof (‘) digunakan untuk menunjukan adanya bagian –bagian yang dilesapkan.

Demikianlah sedikit yang dapat saya jelaskan mengenai EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) semoga dengan adanya tulisan ini dapat membantu teman-teman untuk lebih memahami tentang EYD dan menerapkannya dalam kegiatan sehari-hari.
Sumber :
Waridah Ernawati, EYD & Seputar Kebahasa-Indonesiaan, KawanPustaka, Jakarta, 2008. Link

Minggu, 12 Oktober 2014

DIKSI (PILIHAN KATA) dan MENGGUNAKAN KOSA KATA YANG BAIK dan BENAR

DIKSI (PILIHAN KATA) dan MENGGUNAKAN KOSA KATA YANG BAIK

DIKSI (PILIHAN KATA)
Pilihan kata atau diksi pada dasarnya adalah hasil dari upaya memilih kata tertentu untuk dipakai dalam kalimat, aleniaatau wacana. Pemilihan kata dapat dilakukan bila terdapat sejumlah kata yang memiliki makna . Seperti yang telah kita ketahui bahwa dalam Bahasa Indonesia terdapat kata dasar dan kata bentukan. Kata dasar disusun menjadi kata bentukan melalui tiga macam proses pembentukan, yaitu :
1.      Afiksasi (Imbuhan) = Awalan ,Akhiran, dan Sisipan.
2.      Reduplikasi (Pengulangan).
3.      Komposisi (Pemajemukan).
Penggunaan kata dalam berbagai kesempatan harus sudah diperhitungkan ketepatan serta kesesuaiannya Ketepatan : dapat mengungkapkan apa yang ingin kita ungkapkan. Sedangkan kesesuaian ialah kecocokan antara kata-kata dengan kesempatan dan keadaan. Menurut FPBS (1994 :19), pembentukan kata dengan menggunakan awalan dan akhiran dalam bahasa Indonesia sudah banyak dikenal oleh para mahasiswa. Namun demikian sering juga kita jumpai kata-kata yang bentuknya tidak tepat atau salah.
Perhatikan contoh pemakaian kata bercetak miring pada teks berikut :
·         Pergaulan hidup yang berdeferensiasi berarti pergaulan hidup terbagi atas sektor-sektor dimana tiap khusus tertuju pada pelaksanaan salah satu fungsi yang telah disebut itu.
·         Kata berdeferensiasi dalam kalimat tersebut digunakan secara salah. Kata yang lebih sesuai adalah berbeda-beda karena, kata deferensiasi bukanlah anggota kosa kata baku bahasa Indonesia walaupun mempunyai makna yang sama dengan kata berbeda-beda.
Jika diperhatikan konteks dan acuan kata-kata bercetak miring tersebut tampak bahwa bentukan kata-kata itu tidak tepat. Akan lebih tepat jika kata perubahan diubah dengan ubahan, dan kata tabrakan diubah dengan bertabrakan. Hasil mengubah adalah ubahan, bentukan tabrakan merupakan bentukan yang tidak baku (FPBS : 1994 :38).
·         Fungsi Diksi :
o   Membuat pembaca atau pendengar mengerti secara benar dan tidak salah paham terhadap apa yang disampaikan oleh pembicara atau penulis.
o   Untuk mencapai target komunikasi yang efektif.
o   Melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal.
o   Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, dan tidak resmi) sehingga menyenangkan pendengar atau pembaca.
·         Manfaat Diksi :
o   Dapat membedakan secara cermat kata-kata denotative dan konotatif, bersinonim dan hampir bersinonim, kata-kata yang mirip dalam ejaan.
o   Dapat membedakan kata-kata ciptaan sendiri dan juga kata yang mengutip dari orang yang terkenal yang belum diterima dimasyarakat, sehingga dapat menyebabkan kontroversi dalam masyarakat.
MENGGUNAKAN KOSAKATA YANG BAIK dan BENAR
Dalam menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, kita dituntut untuk memilih dan menggunakan kosakata bahasa yang benar. Kita harus bisa membedakan antara ragam bahasa baku dan ragam bahasa tidak baku, baik tulis maupun lisan. Pada dasarnya setiap penutur bahasa mempunyai kemampuan memakai bermacam ragam bahasa itu. Namun, keterampilan menggunakan bermacam ragam bahasa bukan didapat secara warisan atau turunan melainkan diperoleh melalu proses belajar, baik melalui latihan maupun pengalaman. Kualitas keterampilan berbahasa seseorang sangat dipengaruhi pada kualitas dan kuantitas kosakata yang dimilikinya (Tarigan 1985: 2). Semakin kaya kosakata yang dimiliki, semakin terampil pula dalam berbahasa. Adapun hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan kosakata yang baik dan benar adalah sebagai berikut :
1.      Kata-kata yang memiliki persamaan dibeberapa bagian
·         Sinonim = Kata yang memiliki persamaan arti
·         Antonim = Lawan kata
·         Homonim = Kata yang memiliki persamaan bentuk beda arti
·         Homofon = Kata yang memiliki persamaan bunyi beda arti
·         Hiponim = Kata turunan dari kata lainnya
·         Hipernim = Kata turunan yang merupakan bagian dari kata lainnya.

2.      Denotasi dan Konotasi
·         Kata bermakna Denotasi adalah kata yang bersifat umum dan secara langsung.
Contoh : Marini menanam bunga dihalaman rumahnya.
·         Kata bermakna Konotasi adalah kata yang bermakna kias (bukan sebenarnya) atau makna ungkapan.
Contoh : Marini merupakan bunga desa dikampung halamannya.

3.      Abstrak dan Konkret
·         Abstrak = Kata yang digunakan untuk mengungkapkan gagasan yang rumit
Para mahasiswa mampu menyampaikan inspirasi lewat puisi, prosa, dan kegiatan-kegiatan lain karena adanya kebebasan yang diberikan pihak universitas.
·         Konkret = Kata yang digunakan untuk mengungkapkan hal yang nyata
Contoh : Keadaan kesehatan di lingkungan itu sangat memprihatinkan, hal ini terlihat dari banyaknya anak yang menderita cacingan, kudisan, dan kuorsior.

4.      Umum dan Khusus
·         Kata umum =  Kata yang luas ruang lingkupnya dan dapat mencakup banyak hal.
Contoh :  Darta menggendong adiknya sambil membawa buku dan sepatu.
·         Kata khusus = Kata yang sempit/ terbatas ruang lingkupnya.
Contoh : Darta menggendong adiknya sambil mengapit buku dan sepatu.

5.      Kata dalam percakapan
·         JARGON : Kata-kata teknik yang dipakai oleh segolongan/ kelompok tertentu dalam berkomunikasi. Bentuknya bisa seperti sandi, kode rahasia atau morse.
·         SLANG : Kata-kata yang biasa dipakai para remaja dalam berkomunikasi. Tercipta karena para pemakai ingin berbeda dari orang kebanyakan.

6.      Perubahan Kata
·         Amelioratif : Makna kata sekarang lebih baik dari makna kata asalnya.
Contoh : Pramuniaga, Pramusaji, dll.
·         Peyoratif : makna sekarang lebih buruk dari makna asalnya.
Contoh : Gerombolan, oknum, dll.
·         Sinestesia : Makna kata yang timbul karena tanggapan dua indera yang berbeda.
Contoh : Panjang tangan, bermuka dua, dll.
·         Asosiasi : Makna kata yang timbul karena persamaan sifat.
Contoh : Amplop = Sogokan.

Jadi, dalam menggunakan kosakata kita perlu memperhatikan apakah kosakata yang kita gunakan sudah baik dan benar, agar orang lain dapat memahami dan tidak salah mengartikan sesuatu  atau gagasan yang kita ungkapkan.

Sumber :

Jumat, 03 Oktober 2014

Tugas 2 : RAGAM BAHASA

 RAGAM BAHASA

Pengertian Ragam Bahasa
Pengertian ragam bahasa secara umum ialah varian dari sebuah bahasa menurut pemakaian, yang dibedakan menurut topik yang dibicarakan, lawan bicara, dan sarana atau media yang digunakan. Variasi tersebut bisa berbentuk dialek, aksen, laras, gaya, atau berbagai variasi sosiolinguistik lain. Adapun beberapa definisi ragam bahasa menurut para ahli yang dapat kita gunakan untuk memahami lebih dalam apa itu ragam bahasa. Berikut ini adalah definisi ragam bahasa menurut para ahli :

·         Pengertian ragam bahasa menurut Bachman (1990)
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara.

·         Pengertian ragam bahasa menurut Dendy Sugono (1999)
Menurut Dendy Sugono (1999 : 9), “bahwa sehubungan dengan pemakaian bahasa Indonesia, timbul dua masalah pokok, yaitu masalah penggunaan bahasa baku dan tak baku”.

Dari definisi-definisi ragam bahasa diatas dapat diambil kesimpulan bahwa ragam bahasa ialah variasi atau macam-macam pengunaan bahasa sesuai kebutuhan pemakai dimana dirinya berada dan kepada siapa dirinya bicara (lawan bicara).

Jenis-jenis Ragam Bahasa

Jenis ragam bahasa dibagi menjadi 3 yaitu berdasarkan media atau sarana, cara pandang penutur, dan topic pembicaraan. Berikut ini akan saya bahas ke 3 jenis ragam bahasa diatas :

      ·         Ragam bahasa berdasarkan media atau sarana

1.      Ragam bahasa Media (Lisan)
      Ragam bahasa baku lisan didukung oleh situasi pemakainya sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan kalimat. Namun hal ini tidak mengurangi ciri kebakuannya, serta ketepatan dalam pilihan kata dan bentuk kata serta kelengkapan kalimat dan unsur-unsur didalam struktur kalimat tidak menjadi cirri kebakuan dalam ragam baku lisan karena situasi dan kondisi pembicara menjadi pendukung didalam memahami makna gagasan yang disampaikan secara lisan.
      Pembicara dalam situasi formal berbeda tuntutan kaidah kebakuannya dibandingkan dengan pembicara dalam situasi tidak formal. Jika ragam bahasa dituliskan, ragam bahasa itu tidak bisa disebut dengan ragam bahasa tulis, tetapi tetap disebut sebagai ragam bahasa lisan. Oleh karena itu bahasa yang dilihat dari ciri-cirinya tidak menunjukkan ciri-ciri ragam tulis, walaupun sudah direalisasikan kedalam bentuk tulisan. Adapun ciri-ciri dari ragam lisan meliputi :
·         Memerlukan orang kedua atau lawan bicara.
·         Tergantung kondisi, ruang, dan waktu.
·         Tidak harus memperhatikan gramatikal, hanya memerlukan intonasi serta bahasa tubuh.
·         Berlangsung cepat
Contohnya :    A : Apakah kamu sudah membaca buku latihan itu?
                        B : Tentu saya sudah membaca buku itu.


          2.   Ragam Tulis
      Dalam menggunakan ragam bahasa baku tulisan makna kalimat yang diungkapkannya ditunjang oleh situasi pemakai sehinggnya kemungkinan besar terjadi pelesapan unsur kalimat. Oleh sebab itu, penggunaan ragam baku tulis diperlukan kecermatan dan ketepatan dalam pemilihan kata, penerapan kaidah ejaan, struktur bentuk katadan struktur kalimat, serta kelengkapan unssur-unsur bahasa di dalam struktur kalimat. Adapun ciri-ciri ragam tulis sebagai berikut :
·         Tidak memerlukan orang ketua atau lawan bicara
·         Tidak tergantung kepada kondisi apapun
·         Harus memperhatkan unsure gramatikal
·         Berlangsung lambat
·         Selalu memakai alat bantu
·         Kesalahan tidak dapat langsung dikoreksi atau diperiksa
·         Tidak dapat dibantu dengan bahasa tubuh, hanya terbantu dengan tanda baca.
Contohnya :” Saya telah membaca buku itu”.

      Perbedaan antara ragam lisan dan tulisan (berdasarkan tata bahasa dan kosa kata ) :

      Tata Bahasa :
A.    Ragam Bahasa lisan
1)      Nia sedang baca surat kabar.
2)      Tapi kau tak boleh menolak lamaran itu.
B.     Ragam Bahasa tulisan
1)      Nia sedang membaca surat kabar.
2)      Namun, engkau tidak boleh menolak lamaran itu.
      Kosa Kata :
A.    Ragam Bahasa lisan
1)      Aliando bilang kalau kita harus belajar.
2)      Rasanya masih terlalu muda buat saya, bu.
B.     Ragam Bahasa tulisan
1)      Aliando bilang kalau kita harus belajar
2)      Rasanya masih terlalu muda bagi saya, bu.

·         Ragam bahasa berdasarkan cara pandang penutur

            Berdasarkan cara pandang penutur, ragam bahasa indonesia terdiri dari ragam dialek, ragam terpelajar, ragam resmi dan ragam tak resmi.
o   Ragam dialek : bahasa yang digunakan dalam kegiatan sehari-hari kepada teman. Contohnya : “Gue udah baca buku itu”.
o   Ragam terpelajar :bahasa yang digunakan oleh seseorang yang bependidikan. Contohnya : “Saya sudah membaca buku itu”.
o   Ragam resmi : bahasa yang digunakan ketika berbicara dalam keadaan formal atau berbicara kepada orang tua atau atasan. Ragam ini hamir sama dengan ragam terpelajar. Contohnya : “Saya sudah membaca buku itu”.
o   Ragam tak resmi : bahasa yang digunakan ketika dalam keadaan non formal. Contohnya : “Saya sudah baca buku itu”.

·         Ragam bahasa berdasarkan topik pembicaraan
Berdasarkan  topik pembicaraan, ragam bahasa terdiri dari ragam bahasa ilmiah, ragam hukum, ragam bisnis, ragam agama, ragam sosial, ragam kedokteran dan ragam sastra.  Berikut ini contoh penggunaannya :
o   Ragam hukum          : Dia dihukum karena melakukan tindak pidana.
o   Ragam bisnis            : Setiap pembelian diatas nilai tertentu akan diberikan diskon.
o   Ragam sastra            : Cerita itu menggunakan Flashback.
o   Ragam kedokteran   : Anak itu menderita penyakit kuorsior.

Sumber :