Welcome

WELCOME TO MY BLOG
"Jadilah diri sendiri apa adanya"

Senin, 17 November 2014

Tugas #Bahasa Indonesia 1 "PERBEDAAN TEMA, TOPIK, dan JUDUL"

PERBEDAAN TOPIK, TEMA dan JUDUL

·         TOPIK
1.      Pengertian Topik
Topik (Bahasa Yunani: topoi) merupakan inti utama dari sebuah tulisan yang hendak disampaikan atau biasanya lebih dikenal dengan topic pembicaraan. Topik merupakan hal pertama kali yang harus ditentukan ketika penulis akan membuat tulisan. Topik yang masih awal tersebut, selanjutnya dikembangkan dengan membuat cakupan yang lebih sempit atau lebih luas. Ciri utama topik adalah cakupannya atas suatu masalah masih bersifat umum dan belum diuraikan secara jelas (detail). Terdapat beberapa kriteria untuk sebuah topik yang dikatakan baik, diantaranya adalah topik tersebut harus mencakup keseluruhan isi tulisan, yakni mampu menjawab pertanyaan akan masalah apa yang hendak ditulis.

2.      Syarat-Syarat Topik
Topik menjadi salah satu perhatian dalam sebuah penulisan selain tema dan judul. Dengan pemilihan topik yang tepat maka akan menarik perhatian pembaca yang ingin mengetahui lebih dalam tentang topik tersebut. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan topik yaitu:
·         Topik harus menarik perhatian pembaca
Topik yang menarik akan menarik minat pembaca untuk lebih memahami dan mendalami tulisan yang dibuat oleh penulis.
·         Dikuasai penulis
Maksudnya dikuasai disini, penulis harus paham terhadap pokok-pokok permasalahan apa yang ia tulis.
·         Menarik dan Aktual
Tulisan yang menarik dan actual akan meningkatkan minat pembaca untuk mendalami tulisan yang penulis buat.
·         Topik yang dipilih harus memiliki sumber yang jelas
Sumber merupakan hal yang sangat penting dalam melakukan penulisan untuk sebagai pertanggung jawaban apabila ada masalah terhadap tulisan yang dibuat.

3.      Sumber-Sumber Topik
Dalam menulis sebuah tulisan terkadang seorang penulis bimbang disaat menentukan topik, sebenarnya banyak sumber-sumber yang dapat dijadikan acuan dalam menentukan topik. Adapun sumber-sumber yang dapat dijadikan sebagai topic yaitu sebagai berikut:
·         Sumber Pengamatan: Berdasarkan hasil observasi atau pengamatan langsung.
·         Sumber Pengalaman: Berdasarkan apa yang pernah dialami atau dilakukan.
·         Sumber Imajinasi: Berdasarkan pada pemikiran atau bayangan yang dimiliki penulis.
·         Sumber Pendapat atau Hasil Penalaran

4.      Membatasi Topik
Topik yang terlalu luas menghasilkan tulisan yang dangkal, tidak mendalam, dan tidak tuntas. Selain itu jika tidak dibatasi sebuah topik menjadi tidak fokus dalam pembahasan masalah yang ingin dijabarkan atau dipaparkan. Oleh karena itu pembahasan sebuah topik haruslah dilakukan secara: cermat, sesuai kemampuan, dan kelayakan yang dapat diterima oleh pembaca. Berikut ini cara untuk membatasi sebuah topik:
·           Menentukan topik dalam kedudukan pusat (central) .
·           Mengajukan pertanyaan apakah topik tersebut masih dapat diperinci, bila masih dapat diperinci maka lakukanlah.
·           Menetapkan subtopik yang akan dipilih.
·           Mengajukan pertanyaan apakah subtopik yang dipilih masih dapat diperinci lebih lanjut.

Adapun fungsi dari pembatasan topik, ialah:
·           Memungkinkan penulis penuh dengan keyakinan dan kepercayaan bahwa topik benar-benar dikuasainya.
·           Pembahasan masalah tidak terlalu luas.
·           Memungkinkan penulis untuk melakukan penelitian lebih dalam terhadap apa yang menjadi masalah dalam penulisannya.

·         TEMA
1.      Pengertian Tema
Tema merupakan suatu gagasan pokok atau ide pokok tentang suatu hal, salah satunya dalam membuat sebuah tulisan. Menurut Tarigan tema merupakan pandangan hidup yang tertentu atau perasaan tertentu mengenai kehidupan atau rangkaian nilai-nilai tertentu yang membentuk atau membangun gagasan utama dari sebuah karya sastra. Di setiap tulisan pastilah mempunyai sebuah tema, karena dalam sebuah penulisan dianjurkan harus memikirkan tema apa yang akan dibuat.
Dalam menulis cerpen, puisi, novel, dan berbagai macam jenis tulisan haruslah memiliki sebuah tema. Jadi, jika diibaratkan seperti sebuah gedung, tema merupakan fondasinya. Tema juga meruapakan hal yang terpenting jika dilihat oleh para pembaca. Jika temanya menarik, maka akan memberikan nilai lebih pada tulisan tersebut. Merumuskan tema juga dapat dilihat dari judul atau topik yang dibahas.

2.      Syarat-Syarat Tema
Dalam membuat sebuah tema adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi, yakni sebagai berikut:
·         Tema menarik perhatian pembaca
Tema yang menarik akan meningkatkan minat pembaca untuk membaca sampai tuntas tulisan yang kita buat.
·         Tema diketahui atau dikuasai dengan baik
Maksudnya disini seorang penulis harus mengetahui prinsip-prinsip atau materi yang berhubungan dengan tulisan yang akan dibuat. Jika hal itu tidak terpenuhi maka tidak akan tercipta sebuah tema yang jelas.
·         Bahan-bahan penulisan dapat diperoleh
Maksud dari syarat ini ialah penulis harus memperhatikan bahan-bahan yang digunakan untuk tulisannya apakah tersedia atau tidak. Jika tidak tersedia maka penulis akan mengalami kesulitan dalam mengembangkan tulisannya.
·         Ruang lingkup tema dibatasi
Dalam membuat sebuah tema haruslah membatasi ruang lingkupnya jika tidak, maka terlampau luas ruang lingkup yang akan dibahas.

·         JUDUL
1.      Pengertian Judul
Definisi atau arti kata judul di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan nama yang digunakan untuk buku atau bab dl buku yang dapat menyiratkan secara pendek isi atau maksud buku atau bab itu, atau judul merupakan kepala karangan (cerita, drama, dsb).

2.      Jenis-Jenis Judul
·      Judul Langsung
Judul Langsung merupakan judul yang kaitannya erat dengan bagian utama berita, sehingga hubungannya dengan bagian utama berita terlihat jelas. Judul jenis ini seolah merangkum apa yang dikemukakan oleh penulis dalam artikel atau tulisannya.
·      Judul Tidak Langsung
Judul Tidak Langsung merupakan judul yang tidak ada kaitannya dengan bagian utama berita. Judul jenis ini memberikan pengertian yang ambigu kepada para pembaca sehingga mendorong pembaca untuk membaca lebih dalam mengenai isi dari tulisan yang dibuat. Tetapi pada akhirnya pembaca bisa merasa tidak puas karena kecewa terhadap tulisan atau artikel yang dibacanya.

3.      Syarat-Syarat Judul
Dalam pembuatan sebuah judul haruslah memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi, yaitu sebagai berikut:
·      Sesuai dengan isi karangan
Sebuah judul haruslah mencerminkan isi dari sebuah karangan atau tulisan yang dibuat.
·      Berbentuk Frasa (bukan kalimat)
·      Singkat, padat, dan jelas
·      Harus menarik (provokatif)
Sebuah judul yang menarik akan membaca minat pembaca untuk membaca tulisan atau artikel yang dibuat oleh penulis.

Demikianlah tulisan yang saya buat mengenai “Perbedaan Tema, Topik, dan Judul”. Semoga dengan adanya tulisan ini banyak teman-teman yang lebih paham dan lebih mengerti mengenai Tema, topic, dan judul yang telah dibaca oleh teman-teman sekalian pada tulisan ini.

·         Referensi


Senin, 10 November 2014

TUGAS #BAHASA INDONESIA 1 "PARAGRAF"

PARAGRAF (ALINEA)

Pengertian Paragraf
Paragraf atau alinea merupakan bagian terkecil dalam karya tulis yang menyatakan suatu kesatuan pikiran, suatu kesatuan yang lebih luas dari kalimat (Keraf, 1984). Sedangkan Johannes (1979) mendefinisikan gaya bahasa tulis sebagai keseluruhan hasil pemilihan kata serta cara menyusun kata-kata itu dalam kalimat, kalimat dalam paragraf, dan paragraf dalam karangan. Dalam kenyataannya kadang-kadang kita menemukan alinea yang hanya terdiri atas satu kalimat, dan hal itu memang dimungkinkan. Namun, dalam pembahasan ini wujud alinea semacam itu dianggap sebagai pengecualian karena disamping bentuknya yang kurang ideal jika ditinjau dari segi komposisi, alinea semacam itu jarang dipakai dalam penulisan ilmiah.
Dalam paragraf terkandung satu unit pikiran yang didukung oleh semua kalimat dalam kalimat tersebut, mulai dari kalimat pengenal, kalimat utama, dan kalimat penjelas sampai kalimat penutup. Himpunan kalimat ini saling berkaitan dalam satu rangkaian untuk membentuk suatu gagasan.

Unsur-Unsur Paragraf
1.    Kalimat Utama (Topik)
Kalimat utama merupakan kalimat terpenting yang mengungkapkan gagasan utama dalam kalimat yang bersangkutan. Letak kalimat utama biasanya diawal paragraf. Namun, tidak menutup kemungkinan kalimat utama terletak diakhir atau diawal dan diakhir paragraf. Adapun ciri-ciri kalimat utama yaitu:
·         Mengandung permasalahan yang potensial untuk diuraikan lebih lanjut
·         Mengandung kalimat lengkap yang berdiri sendiri
·         Mempunyai arti yang jelas tanpa dihubungkan dengan kalimat lain
·         Dapat dibentik tanpa kata sambung atau transisi

2.    Kalimat Pendukung (Penjelas)
Kalimat pendukung atau penjelas berfungsi untuk menjelaskan atau mendukung gagasan atau ide utama. Kalimat penjelas biasanya dinyatakan ke dalam beberapa kalimat. Adapun ciri-ciri kalimat pendukung yaitu:
·         Merupakan kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri
·         Makna kalimat baru muncul setelah dihubungkan dengan kalimat lain dalam satu paragraf.
·         Dalam pembentukkannya sering memerlukan bantuan kata sambung atau frasa penghubung (kalimat transisi)
·         Isinya berupa rincian, keterangan, contoh, dan data lain yang bersifat mendukung kalimat utama.

3.    Kata Penghubung dalam Kalimat
Kata penghubung (konjungsi) merupakan kata yang menghubungkan antara kata, frasa, atau kalimat. Adapun kata yang sering digunakan sebagai kata penghubung yaitu: dan, serta, atau, ini, itu, tersebut, demikian, dan sebagainya.

Syarat-Syarat Paragraf
Adapun tiga syarat untuk membuat paragraf yang baik, yaitu :
1.    Kesatuan
Semua kalimat yang menyusun paragraf bersama-sama menguraikan dan terpusat pada satu tema atau gagasan saja.
2.    Koherensi atau Kepaduan
Ada kekompakan hubungan antara kalimat yang membentuk paragraf. Kalimat yang satu mengantar pembaca kepada kalimat berikutnya dalam suatu runtutan yang masuk akal. Selain itu untuk merangkai kalimat yang satu dengan kalimat berikutnya menjadi kesatuan harmonis dapat digunakan kata ganti, kata transisi, atau pengulangan kata kunci (Arifin & Tasai, 1993).
3.    Pengembangan Alenia
Paragraf harus dikembangkan agar memiliki isi yang memadai, memiliki sejumlah rincian yang terpilih untuk mendukung gagasan utama (Keraf, 1984, Sakri, 1988). Terdapat dua macam teknik yang digunakan untuk pengembangan paragraf, yaitu:
A. Teknik menggunakan ilustrasi: Apa yang dikatakan kalimat topik itu digambarkan dengan kalimat-kalimat penjelas sehingga pembaca dapat menangkap apa yang dimaksud oleh penulis.
B. Teknik menggunakan analisis: Apa yang dinyatakan kalimat topic dianalisis secara logis sehingga pernyataan tadi merupakan sesuatu yang meyakinkan. Dalam teknik ini dapat dibagi menjadi beberapa cara yaitu:
1)   Pengembangan Paragraf dengan Memberikan Alasan-alasan
Alasan-alasan yang digunakan untuk mengembangkan paragraf dalam jenis ini ialah sebab-akibat, terlebih dahulu dikemukakan fakta yang menjadi sebab (pikiran utama) terjadinya sesuatu kemudian diikuti rincian-rincian sebagai akibatnya (pikiran penjelas).
Contoh :
Berusaha merupakan salah satu kunci sukses manusia. Dengan usaha yang keras manusia akan semakin termotivasi untuk melakukan hal yang lebih lagi. Selain itu, dengan usaha yang lebih akan memotivasi seseorang menjadi lebih giat dalam melakukan sesuatu hal yang sudah direncanakan. Tanpa adanya usaha manusia akan lebih susah dalam menjalani hidupnya.
2)   Pengembangan Paragraf dengan Memberikan Contoh
Pengembangan jenis ini mengemukakan suatu pernyataan, kemudian disebutkan rincian-rincian berupa contoh yang nyata. Berikut ini contoh pengembangan paragraf dengan memberikan contoh-contoh:
Kecelakaan sering terjadi, pada umumnya terletak pada pengemudi kendaraan. Kesalahan pengemudi yang sering terjadi diantaranya melaju dengan kecepatan tinggi, ugal-ugalan, dan mengantuk. Adapun faktor lain selain pengemudi misalnya kendaraan yang tidak layak, rem blong, dan ban pecah. Oleh sebab itu sebelum berkendara kita haruslah memperhatikan atau mempersiapkan fisik kita serta kendaraan yang akan kita gunakan.
3)   Pengembangan Paragraf dengan Menampilkan Fakta-Fakta
Pengembangan jenis ini mengemukakan pendapat umum yang menjadi pikiran utama kemudian kalimat-kalimat penjelas yang merupakan fakta-fakta yang meyakinkan pendapat tersebut. Berikut ini contoh pengembangan paragraf dengan memberikan fakta-fakta:
Banyak ilmuwan Indonesia yang tidak dapat menggunakan paragraf secara efektif. Kagagalan ini terjadi karena tidak dipahaminya fungsi paragraf sebagai pemersatu kalimat-kalimat yang koheren serta berhubungan secara sebab dan akibat untuk menjelaskan suatu kesatuan gagasan atau tema. Oleh karena itu, sering dijumpai tulisan yang sukar dipahami sebab tidak jelas pemisahan bagian-bagiannya untuk menghasilkan argumen yang meyakinkan.
4)   Pengembangan Paragraf dengan Bercerita
Pada umumnya penulis mengungkapkan kembali peristiwa-peristiwa yang sudah berlalu atau masih berlangsung  apabila ia mengembangkan paragraf dengan cara ini.
Contoh:
Setelah melewati Kota Bogor kami melewati kawasan puncak. Dimana kami melihat disekeliling kami bukit-bukit yang indah, pepohonan yang rindang, serta kebun teh yang luas. Disamping itu kami melewati jalan yang menanjak dan berliku-liku.

Macam-Macam Paragraf
1.    Berdasarkan Posisi Kalimat Utama
A.  Paragraf Deduktif
Pada tipe ini kalimat utama ditempatkan pada awal paragraf. Lalu diikuti oleh kalimat penjelas dan kata penghubung sebagai uraian atau rincian permasalahan paragraf.
Contoh:
Terminal kampung rambutan merupakan terminal terbesar di kota Jakarta. Seluruh kendaraan umum dari dalam maupun luar kota singgah diterminal ini. Selain itu bus-bus dari luar pulau jawa banyak membawa penumpang menuju Jakarta maupun meninggalkan Jakarta.
B.  Paragraf Induktif
Pada tipe ini kalimat utama ditempatkan pada akhir paragraf.
Contoh:
Semua orang menyadari bahwa bahasa merupakan sarana pengembangan budaya bagi suatu negara. Tanpa bahasa, komunikasi tidak akan lancar dan informasi tidak dapat disampaikan. Memang bahasa merupakan alat komunikasi yang penting, efektif, dan efisien.
C.  Paragraf Deduktif Induktif
Pada tipe ini kalimat utama ditempatkan pada awal dan akhir paragraf.
Contoh:
Internet merupakan sumber informasi yang tidak terbatas. Dengan adanya internet semua orang bisa mengakses informasi mengenai apapun tanpa batas. Selain itu internet pun dapat menjadi media bertukar informasi satu sama lain. Jadi jelaslah bahwa internet itu sangat membantu dalam mencari sebuah informasi yang kita butuhkan.
D.  Paragraf Tanpa Kalimat Utama
Pada tipe ini paragraf tidak mempunyai kalimat-kalimat yang sama pentingnya sehingga tidak ada satu pun kalimat yang bukan kalimat utama.
Contoh:
Matahari belum terlalu tinggi. Embun masih tampak berkilauan. Bunga-bunga bermekaran diterpa sinar matahari. Nampak kupu-kupu terbang dari bunga yang satu ke bunga yang lain. Angin pun sepoi-sepoi terasa menyejukkan hati.

2.    Berdasarkan Fungsi dalam Sebuah Karangan
A.  Paragraf Pembuka: biasanya paragraf ini memiliki sifat ringkas, menarik, dan bertugas menyiapkan pikiran pembaca kepada masalah yang akan diuraikan.
B.  Paragraf Penghubung: paragraf ini berisi inti masalah yang akan disampaikan kepada pembaca. Paragraf ini lebih panjang dibandingkan paragraf pembuka.
C.  Paragraf Penutup: paragraf ini berisi kesimpulan atau penegasan kembali mengenai hal-hal yang dianggap penting.

3.    Berdasarkan Isinya
A.  Paragraf Deskriptif
Paragraf ini berisi gambaran mengenai suatu hal atau kejadian sehingga pembaca seolah-olah merasakan hal tersebut.
Contoh:
Pasar Senen merupakan pasar serba ada. Pasar ini terdiri dari tiga lantai dengan beraneka macam dagangan yang dijual. Selain di dalam pasar banyak pedagang yang berjualan dikaki lima. Hal ini menyebabkan kemacetan diwilayah sekitarnya.
B.  Paragraf Naratif
Paragraf ini berisi rangkaian peristiwa atau kejadian yang biasanya membentuk sebuah alur cerita. Karangan jenis ini sebagian besar berdasarkan imajinasi sang penulisnya.
Contoh:
Malam itu ibu kelihatan marah besar. Aku sama sekali dilarang keluar kamar. Bahkan ibu mengatakan aku tidak akan boleh keluar rumah jika nilai rapor ku menurun. Itu semua gara-gara aku malas belajar.
C.  Paragraf Eksposisi
Paragraf ini memberikan paparan suatu fakta atau menampilkan suatu objek pada kejadian tertentu.
Contoh:
Pasar Senen merupakan pasar serba ada. Pasar ini terdiri dari tiga lantai dengan beraneka macam dagangan yang dijual. Selain di dalam pasar banyak pedagang yang berjualan dikaki lima.
D.  Paragraf Argumentasi
Paragraf ini bertujuan untuk membuktikan kebenaran suatu argument atau pendapat dengan data atau fakta sebagai alasan.
Contoh:
Menurut Bapak Walikota, Rahmat Yassin, kabupaten Bogor memiliki potensi yang besar dalam hal pertanian dan sumber daya alamnya, oleh sebab itu mari kita jaga lingkungan kabupaten Bogor dari kerusakan lingkungan.

REFERENSI
Wahyu R.N, Tri. 2006. Bahasa Indonesia. Jakarta. Universitas Gunadarma.
Rahayu, Minto. 2007. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Depok. Grasindo.
Haryanto A.G. 2000. Metode Penulisan dan Penyajian Karya Ilmiah. Jakarta. Link



Sabtu, 01 November 2014

KALIMAT EFEKTIF

KALIMAT EFEKTIF

Pengertian Kalimat Efektif
Kalimat merupakan satuan bahasa terkecil yang memiliki setidaknya subjek dan predikat. Kalimat merupakan kesatuan kata yang mengandung makna atau pikiran. Efektif mengandung arti tepat guna, artinya sesuatu dikatakan efektif jika akan berguna saat dipakai pada sasaran yang tepat. Pengertian efektif dalam kalimat ialah ketepatan penggunaan kalimat dan ragam bahasa tertentu dalam kondisi dan situasi tertentu. Adapun definisi kalimat efektif menurut para ahli, yaitu:
1.    Kalimat efektif adalah kalimat yang bukan hanya memenuhi syarat-syarat komunikatif, gramatikal, dan sintakis saja, tetapi juga harus hidup, segar, mudah dipahami, serta sanggup menimbulkan daya khayal pada diri pembaca (Rahayu: 2007).
2.    Kalimat efektif adalah kalimat yang benar dan jelas sehingga dengan mudah dipahami orang lain secara tepat (Akhadiah, Arsjad, dan Ridwan: 2001).
3.    Kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi kriteria jelas, sesuai dengan kaidah, ringkas, dan enak dibaca (Arifin: 1989).
4.    Kalimat efektif dipahami sebagai kalimat yang dapat menyampaikan informasi dan informasi tersebut mudah dipahami oleh pembaca (Nasucha, Rohmadi, dan Wahyudi: 2009).
Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kalimat efektif ialah kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa, singkat, padat, jelas, lengkap, dan dapat menyampaikan informasi atau gagasan secara tepat.
Kalimat efektif memiliki 2 (dua) hal yang harus diperhatikan, yaitu:
1.   Secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan yang akan disampaikan oleh pembicara atau penulis.
2.  Dapat dipahami oleh pendengar atau pembaca yang sama tepatnya dengan apa yang dipikirkan oleh pembicara atau penulis.

Syarat-syarat Kalimat Efektif
1.    Kesatuan atau kepaduan
Kita memerlukan kata-kata agar dapat menuangkan pikiran kita dengan benar dalam bentuk kalimat. Kata-kata itu harus dipadukan atau disatukan sehingga akan terbentuk kerja sama yang saling mengikat dan kompak. Kepaduan berarti adanya hubungan timbal balik antarunsur yang membentuk kalimat (kata-kata) atau adanya interaksi antarkata yang menduduki fungsi dalam kalimat. Beberapa hal yang menyebabkan kalimat tidak padu, yaitu:
·         Letak kalimat tidak sesuai dengan pola kalimat.
Contohnya: kucing di depan rumah adik memukul dengan sekuat tenaga. (Seharusnya,  Adik memukul kucing dengan sekuat tenaga di depan rumah)
·         Penggunaan kata depan dan kata hubung yang salah.
Contohnya: Membahayakan bagi negara. (Seharusnya, membahayakan negara atau berbahaya bagi negara)
·         Pemakaian kata yang tumpang tindih.
Contohnya: Banyak para peninjau menyatakan puas dengan cara itu. (Seharusnya, banyak peninjau atau para peninjau)
·         Penggunaan keterangan aspek yang salah.
Contohnya: Saya sudah beli buku itu (Seharusnya, Saya sudah membeli buku itu).

2.    Kesepadanan
Kesepadanan merupakan keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
·         Kalimat itu harus memiliki subjek dan predikat dengan jelas. Kejelasan subjek dan predikat dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata depan seperti di, dalam, bagi, menurut, mengenai, dan sebagainya.
Contohnya :
1.      Bagi semua mahasiswa Universitas Gunadarma harus mengisi KRS. (Salah)
2.      Semua mahasiswa Universitas Gunadarma harus mengisi KRS. (Benar)
·         Tidak terdapat subjek ganda.
Contohnya: Soal itu saya kurang jelas. (Seharusnya, Soal itu bagi saya kurang jelas).
·         Kata penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kata tunggal.
Contohnya:
1.      Saya datang agak terlambat. Sehingga tidak bisa mengikuti pelajaran pertama. (Salah)
2.  Saya datang agak terlambat, oleh karena itu saya tidak bisa mengikuti pelajaran pertama. (Benar)
·         Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.
Contohnya: Universitas Gunadarma yang terletak di samping BRIMOB (Seharusnya, Universitas Gunadarma terletak di samping BRIMOB).

3.    Kehematan
Yang dimaksud dalam kehematan dalam kalimat efektif ialah hemat menggunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak perlu menghilangkan kata-kata yang menambah kejelasan kalimat. Ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan:
·         Menghilangkan pengulangan subjek.
Contohnya: Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui presiden datang. (Seharusnya, kata mereka dihilangkan)
·         Menghindarkan pemakaian superordinat pada hipomini kata.
Contohnya: Bobi memakai baju warna hijau. (Seharusnya, kata warna dihilangkan)
·         Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.
Contohnya: Dia hanya membawa makanannya saja. (Seharusnya, kata saja dihilangkan)
·         Tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.
Contohnya:
1.      Para tamu-tamu. (Salah)
2.      Para tamu. (Benar)

4.    Penekanan
Penekanan dilakukan untuk memberikan penjelasan berkaitan dengan hal yang dirasa penting. Adapun beberapa cara penekanan dalam kalimat diantaranya sebagai berikut:
·         Mengubah posisi kalimat.
Contohnya: Mahasiswa menjawab pertanyaan dosen penguji. Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan cara mengubah menjadi kalimat pasif, yaitu: Pertanyaan dosen penguji dijawab mahasiswa.
·         Menggunakan pengulangan kata (Repitisi)
Pembangunan merupakan proses yang rumit dan mempunyai banyak dimensi, bukan hanya dimensi ekonomi tetapi juga dimensi politik, dimensi sosial, dan dimensi budaya.
·         Menggunakan pertentangan
Contohnya: Anak itu rajin, tidak malas.
·         Menggunakan partikel penekanan
Partikel-partikel yang dimaksud ialah lah, pun, kah, yang dalam tata bahasa disebut imbuhan.
Contohnya: Kamipun ikut dalam kegiatan itu.
·         Pengontrasan kata kunci
Contohnya: Peserta kegiatan ini adalah laki-laki, bukan perempuan.

5.    Kevariasian
Ciri kevariasian akan diperoleh jika kalimat yang satu dibandingkan dengan kalimat yang lain. Kemungkinan variasi kalimat tersebut adalah sebagai berikut:
·         Variasi dalam pembukaan kalimat
Ada beberapa kemungkinan untuk memulai kalimat demi efektifitas, yaitu dengan variasi pada pembukaan kalimat.
Contohnya: Dibuangnya jauh-jauh pikiran yang menghantuinya selama ini.
·         Variasi dalam pola kalimat
Untuk efektifitas kalimat dan untuk menghindari suasana monoton yang dapat menimbulkan kebosanan, pola kalimat subjek-predikat-objek dapat diubah menjadi predikat-objek-subjek atau lainnya.
Contohnya: Dokter muda itu oleh masyarakat desa Sukamaju belum dikenal. (S-O-P)
·         Variasi dalam jenis kalimat
Untuk mencapai efektifitas sebuah kalimat berita atau pertanyaan, dapat dikatakan dalam kalimat tanya atau kalimat perintah.
Contohnya: Presiden Jokowi sekali lagi menegaskan perlunya kita lebih hati-hati memakai bahan bakar dan energy dalam negeri. Apakah kita menangkap peringatan tersebut?
·         Variasi bentuk aktif pasif
Contohnya: Pohon pisang itu cepat tumbuh. Dengan mudah pohon pisang itu dapat ditanam dan dipelihara. Lagi pula tidak perlu dipupuk kita hanya menggali lubang, menanam, dan tinggal menunggu buahnya.

6.    Kelogisan
Kelogisan adalah bahwa ide kalimat itu dapat diterima oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku. Perhatikan kalimat-kalimat berikut.
·         Waktu dan tempat kami persilahkan
·         Taufik hidayat meraih juara pertama Indonesia Terbuka
·         Untuk mempersingkat waktu, kita teruskan acara ini.
Kalimat-kalimat tersebut tidak logis (tidak masuk akal). Kalimat yang logis adalah sebagai berikut.
·         Bapak Kepala Sekolah kami persilahkan.
·         Taufik hidayat meraih gelar juara pertama Indonesia Terbuka.
·         Untuk menghemat waktu, kita teruskan acara ini.

Kesalahan-kesalahan dalam berbahasa Indonesia

Kesalahan kalimat dapat dibedakan dari dua segi yaitu, kesalahan internal dan kesalahan eksternal. Kesalahan internal adalah kesalahan kalimat yang diukur dari unsur-unsur dalam kalimat, sedangkan kesalahan eksternal diukur dari unsur luar kalimat yang bersangkutan. Di sini kesalahan eksternal itu diukur dari kalimat-kalimat lain yang menjadi konteks atau lingkungannya.
Kesalahan dari segi internal dapat dipilah menjadi beberapa tipe. Tipe pertama adalah kesalahan kandungan isi yang menyebabkan kalimat menjadi tidak logis sebagaimana tampak pada contoh-contoh berikut.

·    Menurut Habibi (dalam Nimbar, 1993) menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang diterapkan secara tepat guna untuk memberantas kemiskinan dan keterbelakangan.
·         Dengan pemakaian pupuk urea pil dapat menyuburkan tanaman dan meningkatkan produksi pertanian

Semua kalimat diatas merupakan kalimat yang tidak logis. Untuk membuktikan itu dapat digunakan pertanyaan-pertanyaan mengenai isi setiap kalimat itu. Pada kalimat pertama dapat dinyatakan siapa yang menyatakan. Jika dinyatakan hal itu, jawaban tidak ada, walaupun bisa saja dijawab dengan Habibi. Akan tetapi, Habibi pada kalimat pertama itu tidak menempati pokok kalimat, melainkan keterangan sebagaimana disyaratkan oleh kata mereka. Jadi, pertanyaan itu sebenarnya tidak dapat dijawab dengan Habibi. Baru bisa dijawab dengan Habibi jika kalimatnya diubah menjadi Habibi (dalam Nimbara, 1993) menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi yang diterapkan secara tepat guna diarahkan untuk memberantas kemiskinan dan keterbelakangan.

Pertanyaan tentang pokok kalimat juga tidak dapat dikenakan pada kalimat kedua. Jika dipertanyakan dengan kalimat Apa yang menyuburkan tanaman?, jawaban tidak dapat dicari dalam kalimat itu. Barulah jawaban dapat ditemukan jika frasa dengan pemakaian  dihilangkan sehingga kalimatnya menjadi Pupuk Urea Pil dapat menyuburkan tanaman dan meningkatkan produksi pertanian.

Berdasarkan uraian di atas dapat dinyatakan bahwa kelogisan kalimat akan tampak pada kejelasan fungsional antarunsur kalimat. Kejelasan hubungan itu ditampakkan pada hubungan antara unsur pokok (subjek), sebutan (predikat), objek, pelengkap, dan keterangan. Disamping kesalahan logika, kesalahan kalimat dapat terjadi ketidaklengkapan. Kalimat yang tidak lengkap itu hanya mengandung sebagian saja unsur-unsur yang seharusnya ada. Perhatikan dua buah kalimat yang terdapat pada  teks berikut.

Contoh kalimat: Situasi pasar bunga memang tidak menggembirakan. Sehingga pada pedagang bunga mulai berusaha di bidang bisnis yang lain.

Kalimat kedua pada teks tersebut merupakan kalimat yang hanya diisi keterangan. Akan lebih baik jika kalimat kedua itu diintegrasikan menjadi satu dengan kalimat sebelumnya atau diupayakan menjadi kalimat yang dapat berdiri sendiri, sebagaimana tampak pada hasil perbaikannya berikut: Situasi pasar bunga memang tidak menggembirakan. Para pedagang bunga mulai berusaha dibidang bisnis yang lain.

Kalimat yang digunakan adalah kalimat-kalimat yang padat. Karena itu, kalimat-kalimat yang boros dan kata-kata dipandang sebagai kalimat yang tidak baik walaupun kalimat itu benar dari segi gramatika. Kalimat berikut ini merupakan kalimat yang boros. Berdasarkan sifat masalah dan tujuan penelitian ini maka rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan penelitian deskriptif. Kalimat tersebut dapat dibuat menjadi lebih ringkas. Bandingkan kalimat itu dengan kalimat ringkas berikut:
·   Berdasarkan sifat masalah dan tujuan penelitian ini, rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian deskriptif.

Kesalahan kalimat secara eksternal diukur dari cocok tidaknya sebuah kalimat-kalimat yang lain. Perhatikan kalimat-kalimat berikut ini:

·   Proyek lembah Dieng terletak di dukuh Sumberjo, desa Kalisungo yang termasuk dalam daerah Kabupaten Malang. Daerah Malang yang sejuk terdiri dari pegunungan-pegunungan kecil.
Dua buah kalimat dalam paragraf tersebut benar-benar internal, tetapi salah secara eksternal. Kedua kalimat itu tidak membentuk satu gagasan yang utuh dan padu dalam paragraf.


Ada beberapa jenis kesalahan dalam menyusun kalimat:
·         Kalimat tanpa subjek
Contoh: Bagi yang merasa kehilangan buku tersebut harap mengambilnya di kantor.

·         Kalimat dengan objek berkata depan
Contoh: Hari ini kita tidak akan membicarakan lagi mengenai soal harga, tetapi soal ada tidaknya barang itu.

·         Konstruksi pemilik berkata depan
Kesalahan pemakaian kata depan lain yang ditemui pada konstruksi frasa: termilik + pemilik. Secara berlebihan sering ditemui adanya kecenderungan mengeksplisitkan hubungan antara termilik dengan permilik dengan memakai kata depan dari atau daripada, misalnya: Kebersihan lingkungan adalah kebutuhan dari warga.

·         Kalimat yang “pelaku” dan verbnya tidak bersesuaian
Dalam kalimat dasar, verba dapat dibedakan menjadi verba yang menuntut hadirnya satu ‘pelaku’ dan verba yang menuntut hadirnya lebih dari satu ‘pelaku’. Dalam pembentukan kalimat, kesalahan yang mungkin terjadi ialah yang penggunaan verba dua ‘pelaku’, namun salah satu ‘pelakunya’ tidak tercantumkan.
Contoh: Dalam perkelahian itu dia berpukul-pukulan dengan gencarnya.

·         Kesalahan pemakaian kata sarana
Dalam menyusun kalimat sering dipakai kata sarana,kata sarana itu dapat berupa kata depan dan kata penghubung. Kata depan lazimnya terdapat dalam satu frasa depan, sedang kata penghubung umumnya terdapat dalam kalimat majemuk baik yang setara maupun yang bertingkat. Kesalahan pemakaian kata depan umumnya terjadi pada pemakaian kata depan di, pada, dan dalam. Ketiga kata depan ini sering dikacaukan, misalnya: Di saat istirahat penyuluh mendatangi para petani.

Demikianlah yang dapat saya jelaskan mengenai KALIMAT EFEKTIF, semoga dengan adanya tulisan ini dapat membantu teman-teman untuk lebih memahami tentang KALIMAT EFEKTIF dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Referensi :
Putrayasa, Ida Bagus, Kalimat Efektif (Diksi, Struktur, dan Logika), Singaraja, 2007.
Darmayanti Nani, Bahasa Indonesia, Grafindo, Jakarta, 2007. Link
Rahayu Minto, Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi, Grasindo, Jakarta, 2007. Link
Depdiknas. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.
Razak, Abdul. Kalimat efektif. Gramedia. Jakarta.