Welcome

WELCOME TO MY BLOG
"Jadilah diri sendiri apa adanya"

Sabtu, 25 Oktober 2014

KALIMAT DASAR

KALIMAT DASAR

·        Pengertian Kalimat
Kalimat adalah bagian ujaran yang mempunyai struktur minimal subjek (S) dan predikat (P) dan intonasinya  menunjukkan bagian ujaran itu sudah lengkap dengan maknanya. Menurut Slametmuljana (1969) menjelaskan kalimat sebagai keseluruhan pemakaian kata yang berlaku, disusun menurut sistem bahasa yang bersangkutan. Menurut Darjowidodo menyatakan bahwa kalimat ialah bagian terkecil dari suatu ujaran atau teks (wacana) yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara ketatabahasaan. Adapun yang beranggapan kalimat merupakan satuan bahasa terkecil yang merupakan kesatuan pikiran dan menyatakan makna yang lengkap. Jadi, dapat saya ambil kesimpulan kalimat adalah susunan kata yang dirangkai untuk mendapatkan makna yang lengkap dalam bentuk lisan maupun tulisan.
·        Unsur-unsur Kalimat
o   Subjek (S)
Subjek merupakan bagian kalimat yang menunjukkan pelaku, sosok (benda), sesuatu hal, atau masalah yang menjadi pokok pembicaraan. Subjek biasanya diisi dengan kata benda, frasa, atau klausa. Contoh: Ibuku sedang memasak.
Ciri-ciri subjek:
§  Jawaban apa atau siapa,
§  Didahului kata bahwa,
§  Berupa kata atau frasa benda,
§  Disertai kata ini atau itu,
§  Kata sifat didahului kata si atau sang,
§  Tidak didahului preposisi
§  Tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak, tetapi dapat dengan kata bukan.
o   Predikat (P)
Predikat merupakan bagian kalimat yang memberitahu suatu tindakan atau keadaan bagaimana subyek (pelaku). Contoh: Ibuku sedang memasak.
Ciri-ciri predikat:
§  Jawaban mengapa, bagaimana,
§  Dapat diingkarkan dengan tidak atau buka,
§  Dapat didahului keterangan aspek: akan, mudah, sedang, hampir,
§  Dapat didahului keterangan modalitas: sebaiknya, seharusnya,
§  Tidak didahului kata yang,
§  Didahului kata adalah, ialah, yakni,
§  Predikat dapat berupa kata benda, kata kerja, kata sifat, atau bilangan.
o   Objek (O)
Subjek dan predikat cenderung muncul secara eksplisit di dalam kalimat, namun objek tidaklah demikian halnya. Unsur kalimat ini bersifat wajib dalam susunan kalimat aktif transitif yaitu kalimat yang sedikitnya mempunya tiga unsur utama subjek, predikat, dan objek. Contoh: Mahasiswa itu menerangkan tentang skripsinya.
Ciri-ciri Objek:
§  Berupa kata benda,
§  Tidak didahului kata depan,
§  Mengikuti secara langsung di belakang predikat transitif, dan
§  Dapat menduduki fungsi subjek apabila kalimat tersebut dipasifkan.
o   Pelengkap (Pel)
Perelengkap merupakan unsur kalimat yang berfungsi melengkapi informasi, mengkhususkan objek, dan melengkapi struktur kalimat. Ciri-ciri pelengkap:
§  Bukan unsur utama, tetapi tanpa pelengkap kalimat itu tidak tidak jelas dan tidak lengkap informasinya.
§  Terletak dibelakang predikat yang bukan kata kerja transitif,
·         Melengkapi struktur : ia menjadi rektor.
·         Mengkhususkan makna objek: ibu membawakan saya oleh-oleh.
o   Keterangan (K)
Keterangan di dalam kalimat berfungsi menjelaskan atau melengkapi informasi pesan-pesan kalimat. Tanpa keterangan, informasi menjadi tidak jelas, hal ini dapat dirasakan kehadirannya terutama dalam surat undangan, laporan penelitian, dan informasi yang terkait dengan tempat, waktu, sebab, dan lain-lain.
Ciri-ciri keterangan:
§  Bukan unsur utama kalimat, tetapi keberadaannya sangat dibutuhkan, misalnya surat undangan tanpa keterangan menjadi tidak komunikatif.
§  Tempat tidak terikat posisi, pada awal, tengah, atau akhir kalimat.
§  Dapat berupa: keterangan waktu, tujuan, tempat, sebab, akibat, syarat, cara, posesif, dan pengganti nomina.
§  Dapat berupa keterangan tambahan dapat berupa aposisi, misalnya: keterangan tambahan subjek, tidak dapat menggantikan subjek, sedangkan oposisi dapat menggantikan subjek. Contoh: Joko Widodo, Presiden RI 2014-2019 pernah menjabat sebagai Gubernur Jakarta.

·        Pola Kalimat Dasar
o   Kalimat dasar berpola S P
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek dan predikat. Predikat untuk tipe ini dapat berupa kata kerja, kata benda, kata sifat, atau kata bilangan.
Contohnya : Mereka sedang bermain.
o   Kalimat dasar berpola S P O
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan objek. Subjek dan objek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba transitif.
 Contohnya : Mereka sedang membuat mainan.
o   Kalimat dasar berpola S P Pel
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan pelengkap.
Contohnya : Anaknya sedang beternak ayam.
o   Kalimat dasar berpola S P O Pel
          Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan pelengkap.
          Contohnya : Hani mengirimi saya surat.
o   Kalimat dasar berpola S P K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan harus memiliki unsur keterangan karena diperlukan oleh predikat.
Contohnya : Mereka berasal dari Jakarta.
o   Kalimat dasar berpola S P O K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan keterangan.
Contohnya : Kami menyimpan pakaian ke dalam lemari.
o   Kalimat dasar berpola S P Pel K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, pelengkap, dan keterangan berupa frasa berpreposisi.
o   Kalimat dasar berpola S P O Pel K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan.
Contohnya : Dia mengirimi orang tuanya uang setiap bulan.

·        Jenis-jenis Kalimat
Kalimat dapat dibedakan berdasarkan :
1.      Jumlah Klausa
2.      Fungsi Isinya
3.      Kelengkapan unsurnya
4.      Susunan subjek predikatnya

Berdasarkan jumlah klausa kalimat dibedakan menjadi :
1.      Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal merupakan kalimat yang terdiri atas subjek dan predikat, namun bisa diperluas dengan satu atau lebih unsur-unsur tambahan, asalkan unsur-unsur tambahan itu tidak boleh membentuk pola kalimat yang baru.
Contohnya : Komputernya rusak.
Kalimat tunggal dapat berupa :
a.       Kalimat nominal
b.      Kalimat adjectival
c.       Kalimat verbal
d.      Kalimat numerial

2.      Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang mempunyai dua pola kalimat atau lebih. Kalimat majemuk ini terdiri dari induk kalimat dan anak kalimat. Cara membedakan anak kalimat dan induk kalimat yaitu dengan melihat letak konjungsi. Induk kalimat tidak memiliki konjungsi di dalamnya, konjungsi hanya terdapat pada anak kalimat.
Jenis-jenis kalimat majemuk adalah sebagai berikut :
a.      Kalimat majemuk setara
Kalimat majemuk setara yaitu penggabungan dua kalimat atau lebih kalimat tunggal yang memiliki kedudukan sejajar atau sederajat. Kalimat majemuk setara terbagi menjadi 4 yaitu :
·         Kalimat majemuk setara gabungan menggunakan : dan, serta
o   Dosen sedang menerangkan pelajaran dan mahasiswa mendengarkannya dengan cermat.
o   Dosen serta mahasiswa bekerja secara kreatif dan inovatif.
·         Kalimat majemuk setara pilihan menggunakan kata atau
o   Saya pergi ke kampus atau menghadiri seminar?
·         Kalimat majemuk setara urutan menggunakan kata lalu, lantas, dan kemudian
o   Budi pulang lalu pergi menjemput anaknya
o   Kami menyelesaikan tugas lantas tidur.
o   Kami bekerja dan menabung kemudian mengawali bisnis ini.
·         Kalimat majemuk setara berlawanan menggunakan kata tetapi
o   Mahasiswa itu mengharapkan nilai ujian yang tinggi, tetapi malas belajar.
o   Ia bukan pintar melainkan rajin.
o   Orang itu giat belajar, sedangkan adiknya malas.

b.      Kalimat majemuk bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat disusun berdasarkan jenis anak kalimatnya. Kalimat majemuk bertingkat ada 8 macam, dibedakan berdasarkan jenis anak kalimat (AK) yaitu:
·         AK keterangan waktu menggunakan kata ketika, waktu, saat, setelah, sebelum. Contohnya:
o   Waktu diangkat sebagai pejabat, beliau belum menunjukkan kewibawaannya.
·         AK keterangan sebab menggunakan kata sebab, lantaran, karena. Contohnya:
o   Orang itu meninggal dunia karena menderita sakit jantung.
·         AK keterangan hasil (akibat) menggunakan kata hingga, sehingga, akhirnya. Contohnya:
o   Banu rajin belajar sehingga ia mendapatkan juara dikelas.
·         AK keterangan syarat menggunakan kata jika, apabila, kalau, andai kata. Contohnya:
o   Saya akan dibelikan sepeda apabila saya juara kelas.
·         AK keterangan tujuan menggunakan kata agar, supaya, demi, untuk, guna. Contohnya:
o   Kita harus belajar sungguh-sungguh demi masa depan yang cerah.
·         AK keterangan cara menggunakan kata dengan, dalam. Contohnya:
o   Dosen itu menerangkan materi dengan jelas.
·         AK keterangan posesif menggunakan kata meskipun, walaupun, biarpun. Contohnya:
o   Walaupun ia hidup sederhana, ia tetap bahagia.
·         AK keterangan pengganti nomina menggunakan kata bahwa. Contohnya:
o   Dosen menegaskan bahwa mahasiswa harus belajar dengan sungguh-sungguh.

Berdasarkan fungsi isinya kalimat dibedakan menjadi:
1.      Kalimat Pernyataan (Deklaratif)
Kalimat ini dipakai jika penutur ingin menyatakan sesuatu dengan lengkap pada waktu ia ingin menyampaikan informasi kepada lawan berbahasanya.
Contoh:
Positif : Presiden Joko Widodo mengadakan kunjungan ke luar negeri.
Negatif : Dalam kunjungan tersebut beliau tidak mendapat respon yang baik.
2.      Kalimat Pertanyaan (Interogatif)
Kalimat ini dipakai jika penutur ingin memperoleh informasi atau reaksi (jawaban) yang diharapkan. Pertanyaan sering menggunakan kata tanya seperti bagaimana, dimana, mengapa, berapa, dan kapan. Contohnya: Mengapa kamu memilih kuliah disini?
3.      Kalimat Perintah (Imperatif)
Kalimat ini dipakai jika penutur ingin melakukan perintah atau larangan kepada seseorang dalam berbuat sesuatu.
Contoh:  budi Tolong tutup kembali pintu itu.
4.      Kalimat Seruan (Ekslamatif)
Kalimat ini dipakai jika penutur ingin mengungkapkan perasaan “yang kuat” atau yang mendadak. Contoh: Nah, ini dia yang kutunggu dari tadi.

Berdasarkan susunan unsur subjek dan predikatnya kalimat dibedakan menjadi:
1.      Kalimat versi
Kalimat versi adalah kalimat yang predikatnya mendahului subjeknya. Kalimat ini biasanya digunakan untuk penekanan atau ketegasan makna.
Contoh: Ambilkan gula di atas kulkas itu!
2.      Kalimat inversi
Kalimat inversi adalah kalimat yang susunan dari unsur-unsur kalimatnya sesuai dengan pola kalimat dasar bahasa Indonesia (SPOK).

Sumber:
  • YB. Sudarmanto, Bahasa Indonesia, Grasindo, Jakarta, 2007. Link
  • http://fatih-io.biz/pengertian-kalimat-menurut-para-ahli.html
  • wikipedia kalimat. Link
  • wikipedia pola kalimat. Link 
  • https://docs.google.com/document/d/18Lv5yg0BsjiPL_XGVrOHEs-QN_UZwNnYTKA79SrXhI0/edit?pli=1

Selasa, 21 Oktober 2014

EYD (EJAAN YANG DISEMPURNAKAN)

 EYD (EJAAN YANG DISEMPURNAKAN)


Ejaan merupakan keseluruhan peraturan mengenai bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan hubungan antara lambang-lambang itu. Ejaan membicarakan tentang : penulisan huruf, penulisan kata, dan pemakaian tanda baca. EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) ialah tata bahasa dalam Bahasa Indonesia yang mengatur penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan, dimulai dari pemakaian dan penulisan huruf capital dan huruf miring, serta penulisan unsur serapan. Ejaan ini diresmikan pada tanggal 16 Agustus 1972, kemudian pada tahun 1976 disusunlah buku pedomaan mengenai EYD (Ejaan Yang Disempurnakan). Hal-hal yang ditekankan pada EYD adalah sebagai berikut:
1.      Pemakaian Huruf
A.    Huruf Abjad
Abjad merupakan huruf yang biasanya mempunyai urutan yang tetap. Huruf abjad yang terdapat didalam Bahasa Indonesia terdiri dari :
A, B, C, D, E, F, G, H, I, J, K, L, M, N, O, P, Q, R, S, T, U, V, W, Y, X, dan Z.
B.     Huruf Vokal
Vokal adalah bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat bicara jika aliran udara yang keluar dari paru-paru tidak mengalami hambatan. Huruf vokal yang terdapat didalam Bahasa Indonesia adalah : a, i, u, e, dan o.
C.     Huruf Konsonan
Konsonan adalah bunyi yang dihasilkan jika aliran udara yang keluar dari paru-paru mengalami hambatan. Huruf konsonan yang terdapat didalam Bahasa Indonesia teridiri dari :
b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, y, x, dan z.
D.    Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia, huruf diftong dilambangkan dengan : ai, au, dan oi.
E.     Gabungan Huruf Konsonan
Di dalam bahasa Indonesia, terdapat 4 gabungan huruf yang melambangkan konsonan, yaitu : kh, ng, ny, dan sy.
F.      Pemenggalan Kata
Pemenggalan kata pada kata dasar dapat dilakukan dengan kaidah-kaidah sebagai berikut.
·         Jika di tengah ada vokal yang berurutan, pemenggalan dilakukan diantara kedua vokal itu. Contohnya : ra-ih, sa-at, au-ra, ko-boi.
·         Jika di tengah kata ada konsonan diantara dua vokal, pemenggalan dilakukan sebelum konsonan itu. Contohnya : te-puk, ka-rang, ku-lit.
·         Jika di tengah kata ada dua konsonan yang berurutan, pemenggalan dilakukan diantara kedua konsonan tersebut. Contoh : ten-dang, lem-par, kem-bang.
·         Jika di tengah kata ada tiga buah konsonan atau lebih, pemenggalan dilakukan di antara konsonan yang pertama dengan yang kedua. Contoh : im-pre-sif, ikh-las.

2.      Penulisan Huruf
A.    Penulisan Huruf Kapital
Seperti yang kita ketahui bahwa huruf kapital digunakan untuk mengawali kalimat yang baru. Di samping itu huruf kapital juga digunakan sebagai :
·         Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama yang berhubungan dengan nama Tuhan dan Kitab suci. Contoh : Hanya Engkaulah yang kami sembah.
·         Huruf kapital dipakai sebagai huruf petikan pertama. Contoh : Kakak bertanya, “Mengapa kamu sedih?”.
·         Nama jabatan juga ditulis diawal dengan huruf kapital apabila dikaitkan dengan nama instansi atau nama daerah sebagai pengganti nama diri. Contoh : Gubernur DKI Jakarta.
·         Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti oleh nama orang. Contoh : Pangeran Dipenogoro.
·         Nama diri atau nama lembaga yang terdiri atas beberapa kata. Contoh : Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma.

B.     Huruf Tebal dan Miring
Seperti halnya nama lembaga, judul buku atau karangan kata-katanya harus diawali dengan huruf kapital. Kecuali yang berupa kata tugas. Berbeda dengan nama lembaga, judul buku atau nama majalah, harus ditulis dengan huruf tebal. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, nama ilmiah atau ungkapan asing, dan untuk menegaskan atau mengkhususkan kata.
Contoh :
·         Tata Bahasa Baku Indonesia
·         Judul jika dicetak menggunakan huruf miring : “Ejaan yang Benar dalam bahasa Indonesia “.
·         Menuliskan nama ilmiah : Nama ilmiah buah manggis ialah carcinia mongostana.

3.      Penulisan Kata
A.    Kata Dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Contoh : Bapak percaya bahwa engkau benar.
B.     Kata Turunan (Imbuhan) terdiri dari awalan, sisipan, dan akhiran ditulis serangkai dengan kata dasar. Contoh : bergetar, dan dikelola.
C.     Bentuk Ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung, baik yang berarti tunggu (kupu-kupu), jamak (anak-anak), maupun yang berbentuk berubah beraturan (sayur-mayur).
D.    Gabungan Kata (kata majemuk) termasuk istilah khusus, ditulis terpisah. Contoh : duta besar, orang tua.
E.     Kata Ganti (kau-, ku-, -ku, -mu, -nya) ditulis serangkai. Contoh : kumiliki, kauambil, miliknya.
F.      Kata Depan (preposisi = di, ke, dari) ditulis terpisah, kecuali yang sudah lazim seperti kepada, daripada, keluar, kemari,dll. Contoh : di dalam, ke tengah, dari Surabaya.
G.    Kata si dan sang ditulis terpisah. Contoh : Sang harimau marah kepada si kancil
H.    Partikel lah, kah, dan tah ditulis serangkai, partikel pun ditulis terpisah, dan partikel per ditulis terpisah.

4.      Singkatan dan Akronim
Singkatan merupakan bentuk yang dipendekkan yang terdiri dari satu huruf atau lebih.
·        Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik. Contoh : sarjana komputer = S.Komp
·        Singkatan nama resmi lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, badan/organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik. Contoh : DPR (Dewan Perwakilan Rakyat).
·        Lambang kimia, singkatan satuan ukur, takaran, timbangan, dan mata uang asing tidak diikuti tanda titik. Contoh besi = Fe
Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, suku kata, ataupun huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.
·        Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital. Contoh : ABRI, LAN, SIM.
·        Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal kapital. Contoh : Akabri, Bappenas.
·        Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun huruf dan suku kata dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kecil. Contoh : pemilu, radar, rudal, tilang.

5.      Penulisan Unsur Serapan
Penulisan unsur serapan pada umumnya mengadaptasi atau mengambil dari istilah bahasa asing yang sudah menjadi istilah dalam Bahasa Indonesia.
Contoh : president menjadi presiden.

6.      Penulisan Angka dan Bilangan
·        Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor, ditulis dengan angka Arab atau Romawi
·        Angka dipakai untuk menyatakan ukuran panjang, berat, luas, isi, nilai uang, dan kuantitas.
·        Angka dipakai untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.
·        Lambang bilangan tingkat dituliskan dengan angka Romawi, tanda hubung ke-, atau dirangkai jika angka dinyatakan dengan kata.
·        Lambang bilangan yang mendapat akhiran –an ditulis dengan tanda hubung antara angka “-an”.
·        Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf.

7.      Pemakaian Tanda Baca / Pungtuasi
Ada berbagai macam tanda baca atau pungtuasi yaitu : titik (.), koma(,), titik koma(;), titik dua(:), dan tanda petik (“).
·        Tanda titik (.)
Tanda titik dipakai untuk menandari berakhirnya kalimat, setelah nomor bab, penomoran bab, gelar yang diletakkan dibelakang, dan tanda titik juga digunakan dalam daftar pustaka. Contoh : Alisyahbana, Sutan Takdir. 1949. Tata Bahasa Baru Indonesia. Jakarta: Pustaka Rakyat.
·        Tanda koma (,)
Koma digunakan untuk menandai adanya jeda atau kesenyapan antara dalam suatu kalimat. Tanda koma sering digunakan setelah seruan, seperti: ah, wah, aduh, ya, hai, dan sebagainya. Juga sesudah kata-kata seperti meskipun begitu, jadi, namun demikian, oleh karena itu, maka dari itu. Tanda koma juga digunakan dalam kalimat majemuk yang anak kalimatnya mendahului induk kalimatnya.
Contoh :  Meskipun hari hujan, ia tetap pergi ke kantor.
Adapun tanda koma biasanya digunakan pada :
o   Tanda koma digunakan juga untuk memisahkan dua kalimat yang setara yang dihubungkan dengan kata  tetapi, atau, melainkan.
o   Tanda koma juga digunakan untuk membatasi unsur-unsur dalam suatu perincian.
o   Tanda koma juga digunakan dalam rujukan kurung atau dalam rujukan tahun dan halaman, untuk membatasi nama akhir pengarang dengan tahun penerbit.
o   Tanda koma juga digunakan untuk membatasi kata-kata dalam kalimat petikan langsung.
o   Tanda koma sering digunakan untuk mengapit atau menyisipkan keterangan tambahan.

·        Titik koma (;)
Tanda titik koma digunakan untuk memisahkan bagian kalimat yang sejenis dan setara. Tanda titik koma digunakan juga untuk memisahkan kalimat-kalimat dalam suatu perincian.
·        Titik dua (:)
Tanda titik dua dipakai akhir suatu pernyataan yang lengkap dan diikuti oleh rangkaian atau perincian. Tanda titik dua juga digunakan untuk pemerian yang berbentuk formula. Tanda titik dua juga digunakan untuk membatasi judul karangan dengan subjudulnya. Dan tanda titik dua juga digunakan untuk membatasi judul karangan dengan subjudulnya, di antara surat dan ayat dalam kitab suci, diantara tahun dan halaman dalam rujukan kurung antara nama kota dan nama penerbit dalam daftar pustaka.
Contoh :
·    Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma mempunyai dua jurusan: Jurusan Akuntansi dan Jurusan Manajemen.
·         Ketua  :   Meilani        
·         Ekonomi dan Koperasi: Suatu Pengantar Singkat (Ramlan, 1982 :12)

·        Tanda petik (“)
Di atas disebutkan bahwa yang ditulis dengan tanda petik dalam tulisan atau ketikan biasanya dicetak dengan huruf miring. Penggunaan tanda petik dalam petikan langsung tidak dicetak dengan huruf miring, melainkan tetap dicetak dengan suatu majalah pun tanda petik itu tetap digunakan. Dalam karangan tercetak tanda petik juga digunakan untuk menandai kata-kata yang tidak digunakan dalam arti yang sebenarnya. Misalnya : Itu dia “pahlawan” kita datang.

·        Tanda Hubung (-)
Tanda hubung digunakan untuk menghubungkan kata-kata yang diulang seperti meja-meja , berjalan-jalan, buah-buahan. Tanda hubung digunakan apabila huruf-huruf dirangkaikan dengan bilangan, huruf kecil, atau huruf kecil yang dirangkaikan dengan huruf kapital. Tanda hubung juga digunakan untuk membatasi tanggal, bulan, dan tahun apabila semuanya ditulis dengan angka.
Contoh :  
·         Jakarta, 27-11-2005
·         Abad ke-20

8.      Tanda-tanda baca yang lain
Tanda–tanda baca yang lain ialah tanda pisah (-), tanda elipsis (…), tanda tanya (?), tanda seru  (!), tanda kurung  ( ), tanda kurung siku ([ ]), tanda garis miring  (/)  dan tanda penyingkat/apostrof  (‘).
·         Tanda pisah juga digunakan dalam arti ”sampai dengan”. Contoh : Semarang – Jakarta.
·         Tanda elips (…) digunakan untuk menandai tuturan yang terputus-putus.
·         Tanda tanya digunakan untuk menandai kalimat tanya dan diletakan di akhir kalimat. Contoh : Di mana ruamhmu?
·         Tanda seru digunakan untuk menandai seruan/perintah/panggilan.
·         Tanda kurung juga untuk  mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan merupakan bagian yang pokok dari pembicaraan.
·         Tanda kurung siku digunakan sebagai tanda koreksi bahwa dalam naskah itu terdapat huruf , kata, atau kelompok kata yang ditulis di antara tanda kurung siku tersebut.
·         Tanda penyingkat atau apostrof (‘) digunakan untuk menunjukan adanya bagian –bagian yang dilesapkan.

Demikianlah sedikit yang dapat saya jelaskan mengenai EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) semoga dengan adanya tulisan ini dapat membantu teman-teman untuk lebih memahami tentang EYD dan menerapkannya dalam kegiatan sehari-hari.
Sumber :
Waridah Ernawati, EYD & Seputar Kebahasa-Indonesiaan, KawanPustaka, Jakarta, 2008. Link