Welcome

WELCOME TO MY BLOG
"Jadilah diri sendiri apa adanya"

Sabtu, 01 November 2014

KALIMAT EFEKTIF

KALIMAT EFEKTIF

Pengertian Kalimat Efektif
Kalimat merupakan satuan bahasa terkecil yang memiliki setidaknya subjek dan predikat. Kalimat merupakan kesatuan kata yang mengandung makna atau pikiran. Efektif mengandung arti tepat guna, artinya sesuatu dikatakan efektif jika akan berguna saat dipakai pada sasaran yang tepat. Pengertian efektif dalam kalimat ialah ketepatan penggunaan kalimat dan ragam bahasa tertentu dalam kondisi dan situasi tertentu. Adapun definisi kalimat efektif menurut para ahli, yaitu:
1.    Kalimat efektif adalah kalimat yang bukan hanya memenuhi syarat-syarat komunikatif, gramatikal, dan sintakis saja, tetapi juga harus hidup, segar, mudah dipahami, serta sanggup menimbulkan daya khayal pada diri pembaca (Rahayu: 2007).
2.    Kalimat efektif adalah kalimat yang benar dan jelas sehingga dengan mudah dipahami orang lain secara tepat (Akhadiah, Arsjad, dan Ridwan: 2001).
3.    Kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi kriteria jelas, sesuai dengan kaidah, ringkas, dan enak dibaca (Arifin: 1989).
4.    Kalimat efektif dipahami sebagai kalimat yang dapat menyampaikan informasi dan informasi tersebut mudah dipahami oleh pembaca (Nasucha, Rohmadi, dan Wahyudi: 2009).
Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kalimat efektif ialah kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa, singkat, padat, jelas, lengkap, dan dapat menyampaikan informasi atau gagasan secara tepat.
Kalimat efektif memiliki 2 (dua) hal yang harus diperhatikan, yaitu:
1.   Secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan yang akan disampaikan oleh pembicara atau penulis.
2.  Dapat dipahami oleh pendengar atau pembaca yang sama tepatnya dengan apa yang dipikirkan oleh pembicara atau penulis.

Syarat-syarat Kalimat Efektif
1.    Kesatuan atau kepaduan
Kita memerlukan kata-kata agar dapat menuangkan pikiran kita dengan benar dalam bentuk kalimat. Kata-kata itu harus dipadukan atau disatukan sehingga akan terbentuk kerja sama yang saling mengikat dan kompak. Kepaduan berarti adanya hubungan timbal balik antarunsur yang membentuk kalimat (kata-kata) atau adanya interaksi antarkata yang menduduki fungsi dalam kalimat. Beberapa hal yang menyebabkan kalimat tidak padu, yaitu:
·         Letak kalimat tidak sesuai dengan pola kalimat.
Contohnya: kucing di depan rumah adik memukul dengan sekuat tenaga. (Seharusnya,  Adik memukul kucing dengan sekuat tenaga di depan rumah)
·         Penggunaan kata depan dan kata hubung yang salah.
Contohnya: Membahayakan bagi negara. (Seharusnya, membahayakan negara atau berbahaya bagi negara)
·         Pemakaian kata yang tumpang tindih.
Contohnya: Banyak para peninjau menyatakan puas dengan cara itu. (Seharusnya, banyak peninjau atau para peninjau)
·         Penggunaan keterangan aspek yang salah.
Contohnya: Saya sudah beli buku itu (Seharusnya, Saya sudah membeli buku itu).

2.    Kesepadanan
Kesepadanan merupakan keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
·         Kalimat itu harus memiliki subjek dan predikat dengan jelas. Kejelasan subjek dan predikat dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata depan seperti di, dalam, bagi, menurut, mengenai, dan sebagainya.
Contohnya :
1.      Bagi semua mahasiswa Universitas Gunadarma harus mengisi KRS. (Salah)
2.      Semua mahasiswa Universitas Gunadarma harus mengisi KRS. (Benar)
·         Tidak terdapat subjek ganda.
Contohnya: Soal itu saya kurang jelas. (Seharusnya, Soal itu bagi saya kurang jelas).
·         Kata penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kata tunggal.
Contohnya:
1.      Saya datang agak terlambat. Sehingga tidak bisa mengikuti pelajaran pertama. (Salah)
2.  Saya datang agak terlambat, oleh karena itu saya tidak bisa mengikuti pelajaran pertama. (Benar)
·         Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.
Contohnya: Universitas Gunadarma yang terletak di samping BRIMOB (Seharusnya, Universitas Gunadarma terletak di samping BRIMOB).

3.    Kehematan
Yang dimaksud dalam kehematan dalam kalimat efektif ialah hemat menggunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak perlu menghilangkan kata-kata yang menambah kejelasan kalimat. Ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan:
·         Menghilangkan pengulangan subjek.
Contohnya: Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui presiden datang. (Seharusnya, kata mereka dihilangkan)
·         Menghindarkan pemakaian superordinat pada hipomini kata.
Contohnya: Bobi memakai baju warna hijau. (Seharusnya, kata warna dihilangkan)
·         Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.
Contohnya: Dia hanya membawa makanannya saja. (Seharusnya, kata saja dihilangkan)
·         Tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.
Contohnya:
1.      Para tamu-tamu. (Salah)
2.      Para tamu. (Benar)

4.    Penekanan
Penekanan dilakukan untuk memberikan penjelasan berkaitan dengan hal yang dirasa penting. Adapun beberapa cara penekanan dalam kalimat diantaranya sebagai berikut:
·         Mengubah posisi kalimat.
Contohnya: Mahasiswa menjawab pertanyaan dosen penguji. Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan cara mengubah menjadi kalimat pasif, yaitu: Pertanyaan dosen penguji dijawab mahasiswa.
·         Menggunakan pengulangan kata (Repitisi)
Pembangunan merupakan proses yang rumit dan mempunyai banyak dimensi, bukan hanya dimensi ekonomi tetapi juga dimensi politik, dimensi sosial, dan dimensi budaya.
·         Menggunakan pertentangan
Contohnya: Anak itu rajin, tidak malas.
·         Menggunakan partikel penekanan
Partikel-partikel yang dimaksud ialah lah, pun, kah, yang dalam tata bahasa disebut imbuhan.
Contohnya: Kamipun ikut dalam kegiatan itu.
·         Pengontrasan kata kunci
Contohnya: Peserta kegiatan ini adalah laki-laki, bukan perempuan.

5.    Kevariasian
Ciri kevariasian akan diperoleh jika kalimat yang satu dibandingkan dengan kalimat yang lain. Kemungkinan variasi kalimat tersebut adalah sebagai berikut:
·         Variasi dalam pembukaan kalimat
Ada beberapa kemungkinan untuk memulai kalimat demi efektifitas, yaitu dengan variasi pada pembukaan kalimat.
Contohnya: Dibuangnya jauh-jauh pikiran yang menghantuinya selama ini.
·         Variasi dalam pola kalimat
Untuk efektifitas kalimat dan untuk menghindari suasana monoton yang dapat menimbulkan kebosanan, pola kalimat subjek-predikat-objek dapat diubah menjadi predikat-objek-subjek atau lainnya.
Contohnya: Dokter muda itu oleh masyarakat desa Sukamaju belum dikenal. (S-O-P)
·         Variasi dalam jenis kalimat
Untuk mencapai efektifitas sebuah kalimat berita atau pertanyaan, dapat dikatakan dalam kalimat tanya atau kalimat perintah.
Contohnya: Presiden Jokowi sekali lagi menegaskan perlunya kita lebih hati-hati memakai bahan bakar dan energy dalam negeri. Apakah kita menangkap peringatan tersebut?
·         Variasi bentuk aktif pasif
Contohnya: Pohon pisang itu cepat tumbuh. Dengan mudah pohon pisang itu dapat ditanam dan dipelihara. Lagi pula tidak perlu dipupuk kita hanya menggali lubang, menanam, dan tinggal menunggu buahnya.

6.    Kelogisan
Kelogisan adalah bahwa ide kalimat itu dapat diterima oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku. Perhatikan kalimat-kalimat berikut.
·         Waktu dan tempat kami persilahkan
·         Taufik hidayat meraih juara pertama Indonesia Terbuka
·         Untuk mempersingkat waktu, kita teruskan acara ini.
Kalimat-kalimat tersebut tidak logis (tidak masuk akal). Kalimat yang logis adalah sebagai berikut.
·         Bapak Kepala Sekolah kami persilahkan.
·         Taufik hidayat meraih gelar juara pertama Indonesia Terbuka.
·         Untuk menghemat waktu, kita teruskan acara ini.

Kesalahan-kesalahan dalam berbahasa Indonesia

Kesalahan kalimat dapat dibedakan dari dua segi yaitu, kesalahan internal dan kesalahan eksternal. Kesalahan internal adalah kesalahan kalimat yang diukur dari unsur-unsur dalam kalimat, sedangkan kesalahan eksternal diukur dari unsur luar kalimat yang bersangkutan. Di sini kesalahan eksternal itu diukur dari kalimat-kalimat lain yang menjadi konteks atau lingkungannya.
Kesalahan dari segi internal dapat dipilah menjadi beberapa tipe. Tipe pertama adalah kesalahan kandungan isi yang menyebabkan kalimat menjadi tidak logis sebagaimana tampak pada contoh-contoh berikut.

·    Menurut Habibi (dalam Nimbar, 1993) menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang diterapkan secara tepat guna untuk memberantas kemiskinan dan keterbelakangan.
·         Dengan pemakaian pupuk urea pil dapat menyuburkan tanaman dan meningkatkan produksi pertanian

Semua kalimat diatas merupakan kalimat yang tidak logis. Untuk membuktikan itu dapat digunakan pertanyaan-pertanyaan mengenai isi setiap kalimat itu. Pada kalimat pertama dapat dinyatakan siapa yang menyatakan. Jika dinyatakan hal itu, jawaban tidak ada, walaupun bisa saja dijawab dengan Habibi. Akan tetapi, Habibi pada kalimat pertama itu tidak menempati pokok kalimat, melainkan keterangan sebagaimana disyaratkan oleh kata mereka. Jadi, pertanyaan itu sebenarnya tidak dapat dijawab dengan Habibi. Baru bisa dijawab dengan Habibi jika kalimatnya diubah menjadi Habibi (dalam Nimbara, 1993) menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi yang diterapkan secara tepat guna diarahkan untuk memberantas kemiskinan dan keterbelakangan.

Pertanyaan tentang pokok kalimat juga tidak dapat dikenakan pada kalimat kedua. Jika dipertanyakan dengan kalimat Apa yang menyuburkan tanaman?, jawaban tidak dapat dicari dalam kalimat itu. Barulah jawaban dapat ditemukan jika frasa dengan pemakaian  dihilangkan sehingga kalimatnya menjadi Pupuk Urea Pil dapat menyuburkan tanaman dan meningkatkan produksi pertanian.

Berdasarkan uraian di atas dapat dinyatakan bahwa kelogisan kalimat akan tampak pada kejelasan fungsional antarunsur kalimat. Kejelasan hubungan itu ditampakkan pada hubungan antara unsur pokok (subjek), sebutan (predikat), objek, pelengkap, dan keterangan. Disamping kesalahan logika, kesalahan kalimat dapat terjadi ketidaklengkapan. Kalimat yang tidak lengkap itu hanya mengandung sebagian saja unsur-unsur yang seharusnya ada. Perhatikan dua buah kalimat yang terdapat pada  teks berikut.

Contoh kalimat: Situasi pasar bunga memang tidak menggembirakan. Sehingga pada pedagang bunga mulai berusaha di bidang bisnis yang lain.

Kalimat kedua pada teks tersebut merupakan kalimat yang hanya diisi keterangan. Akan lebih baik jika kalimat kedua itu diintegrasikan menjadi satu dengan kalimat sebelumnya atau diupayakan menjadi kalimat yang dapat berdiri sendiri, sebagaimana tampak pada hasil perbaikannya berikut: Situasi pasar bunga memang tidak menggembirakan. Para pedagang bunga mulai berusaha dibidang bisnis yang lain.

Kalimat yang digunakan adalah kalimat-kalimat yang padat. Karena itu, kalimat-kalimat yang boros dan kata-kata dipandang sebagai kalimat yang tidak baik walaupun kalimat itu benar dari segi gramatika. Kalimat berikut ini merupakan kalimat yang boros. Berdasarkan sifat masalah dan tujuan penelitian ini maka rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan penelitian deskriptif. Kalimat tersebut dapat dibuat menjadi lebih ringkas. Bandingkan kalimat itu dengan kalimat ringkas berikut:
·   Berdasarkan sifat masalah dan tujuan penelitian ini, rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian deskriptif.

Kesalahan kalimat secara eksternal diukur dari cocok tidaknya sebuah kalimat-kalimat yang lain. Perhatikan kalimat-kalimat berikut ini:

·   Proyek lembah Dieng terletak di dukuh Sumberjo, desa Kalisungo yang termasuk dalam daerah Kabupaten Malang. Daerah Malang yang sejuk terdiri dari pegunungan-pegunungan kecil.
Dua buah kalimat dalam paragraf tersebut benar-benar internal, tetapi salah secara eksternal. Kedua kalimat itu tidak membentuk satu gagasan yang utuh dan padu dalam paragraf.


Ada beberapa jenis kesalahan dalam menyusun kalimat:
·         Kalimat tanpa subjek
Contoh: Bagi yang merasa kehilangan buku tersebut harap mengambilnya di kantor.

·         Kalimat dengan objek berkata depan
Contoh: Hari ini kita tidak akan membicarakan lagi mengenai soal harga, tetapi soal ada tidaknya barang itu.

·         Konstruksi pemilik berkata depan
Kesalahan pemakaian kata depan lain yang ditemui pada konstruksi frasa: termilik + pemilik. Secara berlebihan sering ditemui adanya kecenderungan mengeksplisitkan hubungan antara termilik dengan permilik dengan memakai kata depan dari atau daripada, misalnya: Kebersihan lingkungan adalah kebutuhan dari warga.

·         Kalimat yang “pelaku” dan verbnya tidak bersesuaian
Dalam kalimat dasar, verba dapat dibedakan menjadi verba yang menuntut hadirnya satu ‘pelaku’ dan verba yang menuntut hadirnya lebih dari satu ‘pelaku’. Dalam pembentukan kalimat, kesalahan yang mungkin terjadi ialah yang penggunaan verba dua ‘pelaku’, namun salah satu ‘pelakunya’ tidak tercantumkan.
Contoh: Dalam perkelahian itu dia berpukul-pukulan dengan gencarnya.

·         Kesalahan pemakaian kata sarana
Dalam menyusun kalimat sering dipakai kata sarana,kata sarana itu dapat berupa kata depan dan kata penghubung. Kata depan lazimnya terdapat dalam satu frasa depan, sedang kata penghubung umumnya terdapat dalam kalimat majemuk baik yang setara maupun yang bertingkat. Kesalahan pemakaian kata depan umumnya terjadi pada pemakaian kata depan di, pada, dan dalam. Ketiga kata depan ini sering dikacaukan, misalnya: Di saat istirahat penyuluh mendatangi para petani.

Demikianlah yang dapat saya jelaskan mengenai KALIMAT EFEKTIF, semoga dengan adanya tulisan ini dapat membantu teman-teman untuk lebih memahami tentang KALIMAT EFEKTIF dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Referensi :
Putrayasa, Ida Bagus, Kalimat Efektif (Diksi, Struktur, dan Logika), Singaraja, 2007.
Darmayanti Nani, Bahasa Indonesia, Grafindo, Jakarta, 2007. Link
Rahayu Minto, Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi, Grasindo, Jakarta, 2007. Link
Depdiknas. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.
Razak, Abdul. Kalimat efektif. Gramedia. Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar